Langsung ke konten utama

DARI MESJID KE MESJID

Silaturahmi ke Pesantren Bakom, Ciawi, Bogor

Oleh : Agus Prana Mulia

Melaksanakan tugas-tugas rutin sebagai manajer riset dan pengembangan PPIB-Mesjid Raya Bogor berupa kunjungan ke berbagai pesantren di Bogor sungguh menyenangkan. Setelah kunjungan ke Ajengan Kholik di Cibedug, Sukaraja Bogor di bulan lalu, saya mengunjungi Pesantren Bakom ditemani oleh ust. Budi Pamungkas alias Ucu yang masih kerabat dekat Mama Oha.

Namun sebelum kita menjelaskan asal-usul dan segala hal yang berkaitan dengan Pesantren Bakom, alangkah baiknya kita tengok dulu pengertian dan keberadaan pesantren di Indonesia.

Pesantrenpondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan as-Sunnah, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut madrasa Islamia.

Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman. 


Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan  Howard M - salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri" berarti murid dalam bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.

Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. Berg, berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.

Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah NU. Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.

Rabu siang saya meluncur dari Mesjid Raya menyusuri tol menuju Jagorawi. Setelah melewati pasar Ciawi arah Sukabumi, kira-kira 2 km kami berbelok kanan ke jalan masuk ke kampung Bakom. Jalan masuk ke kampung Bakom sangatlah sempit dan kira-kira 300 meter barulah sampai di lokasi pesantren. Kira-kira jam 14 siang kami diterima oleh Mama Oha di rumahnya. Sambil menikmati suguhan teh hangat dan kue ringan, kami mengobrol humor dan diseputaran keberadaan dan sejarah Pesantren.

Menurut penuturan Mama Oha, Pesantren Bakom didirikan oleh sang kakek yang bernama KH. Asyari yang berasal dari daerah Nembol, Mandalawangi, kabupaten Pandeglang sekitar tahun 1850 an. KH. Asyari sendiri putera dari Bah Kalip yang berasal dari Kaduhejo di daerah Serang, Banten. Kang Alfian yang pernah membidani harian Radar Bogor ternyata masih keturunan dari Bah Kalip dari Haji Usman yang mantan ketua NU Pandeglang. Bah Kalip sendiri dinikahkan dengan gadis Nembol oleh Syekh Nawawi Al-Bantani di Mekkah. Keturunan Bah Kalip yang perempuan tinggal di Nembol, sementara yang laki-laki yaitu KH. Asyari dan saudaranya menetap di daerah Bogor.

Kemudian KH. Asyari mempunyai beberapa orang putra dan putri diantaranya Mama Ahmad (Emod). Keturunan Mama Ahmad dari isteri yang berasal dari Karakal antara lain Mama Ujang NabrowiMama Malwi, Mama Barawi (Cecep/Abdur Rouf) dan Mama Ad-Dawi (Dadang). Sedangkan dari perkawinan yang ketiga yaitu dengan Ma Uya yang berasal dari Tanah baru adalah Neng Mumun, Mama Tajudin Diding dan Mama Oha. KH. Yasir adalah putera dari Mama Tajudin Diding. Sedangkan Ma Uya yang berasal dari Tanah Baru merupakan adik dari uyut Jamhur uyut dari saudara Budi Pamungkas.

Pertemuan keturunan ini dengan Mama Nahrowi dari Pesantren As-Soghiri adalah sama-sama keturunan Rd. Koyong. Menurut penuturan kang Ucu : Rd. H. Nawawi ---- Rd. H. Yasin ----- Rd .... Rd. H. Kurnaen ----- Rd .... Rd. Masyfu ----- Rd. Koyong.

Sedikit mengenai alur kang Ucu (Budi) dan kang Atik adalah sebagai berikut :
Ucu ---- Hj. Siti Aminah ---- Rd. Jamhur ----- Rd. Murtado --- Rd. Muhyidin (Iyi/Kiri) ----- Rd. Koyong.  Atau  Ucu ---- Rd. Siti Aminah ---- Rd. H. Bajuri ---- Rd. H. Ali ----- Rd. Panghulu Karsunan ---- Rd. Kanan ---- Rd. Koyong.  Wallahu'alam.

Bogor 26 September 2012.   


DINU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA SAMPEUREUN JAGA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SILSILAH MENURUT ORANG SUNDA

PANCAKAKI  Oleh  :  Agus Prana Mulia  (Budayawan Bogor) Pancakaki  bagi orang Sunda sepertiku sangatlah penting. Karena sebagai salah satu  upaya merekatkan kekerabatan diantara anggota keluarga. Sayang mayoritas generasi muda Sunda - termasuk bangsa Indonesia -  sekarang sudah banyak yang meninggalkan, akibatnya terjadi kehilangan obor alias tidak tahu silsilah keluarga. Saudara menjadi orang lain, orang lain menjadi saudara yang dalam pepatah sundanya :  dulur jadi batur, batur jadi dulur. padahal jelek-jelek juga adalah saudara, buruk-buruk papan jati. Penelusuran garis keturunan ( sakeseler ) dalam khazanah kesundaan diistilahkan dengan  pancakaki . Dalam Kamus Umum Basa Sunda (1993), pancakaki diartikan dengan dua pengertian.  1. Pancakaki menunjukkan hubungan seseorang dalam garis keluarga (perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa kaasup baraya keneh). Kita pasti mengenal istilah kekerabatan, seperti...

KSPPS BMT Binaul Ummah Kota Bogor, 2019

KIPRAH KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH  BMT BINAUL UMMAH PAMOYANAN BOGOR Oleh : Agus Prana Mulia (Pendiri KSPPS BMT Binaul Ummah) Logo Sebelum RAT 2019 Direktur

DO'A

D O ' A Oleh : Agus Pranamulia Pendiri Leuit Rasaning Rasa  Bogor “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqoroh : 186). “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan K u perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’minun : 60).   Ad-du’au mukhul ibadah. “Do’a itu sumsum atau inti ibadah” (HR. Tirmidzi). 1.          Pendahuluan .  Do’a adalah permohonan kepada Sang Khalik, Allah SWT. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam berdo’a, yaitu keyakinan yang tinggi ( keyakinan ) dan mengerti makna doa itu sendiri ( bahasa ) s...