D O ' A
Oleh : Agus Pranamulia
Pendiri Leuit Rasaning Rasa Bogor
“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqoroh : 186).
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’minun : 60).
Ad-du’au mukhul ibadah. “Do’a itu sumsum atau inti ibadah” (HR. Tirmidzi).
1. Pendahuluan. Do’a adalah permohonan kepada Sang Khalik, Allah SWT. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam berdo’a, yaitu keyakinan yang tinggi (keyakinan) dan mengerti makna doa itu sendiri (bahasa) sehingga akan lebih mudah dipahami dan dihayati.
2. Berdo’a dengan kata-kata yang sederhana, dimengerti serta diresapi, maka akan tercipta ENERGI METAFISIK dalam diri yang berdo’a. Bunyi atau irama lagu adalah bentuk-bentuk energi. Karena itu jangan aneh bila tutur kata atau lagu yang dinyanyikan dengan suara merdu, dengan kalimat yang indah, dengan kata-kata halus bisa mempesona dan memukau pendengarnya. Kata-kata halus yang diucapkan dengan penuh keyakinan akan membuat api menjadi air dan penyakit balik ke tempatnya. Semua akhirnya menjadi rakhmat.
3. Energi yang timbul itulah yang selanjutnya membawa kita ke relung terdalam dalam kehidupan kita. Bangkitlah DIRI SEJATI kita. Tersambunglah daya itu dengan QALBU yang selalu berhubungan dengan Allah SWT. Lalu melalui pikiran, kekuatan itu diarahkan kepada yang dituju atau FOKUS.
4. Do’a yang dipraktikkan secara sungguh-sungguh mengandung esensi kerja. Orare est laborare, laborare est orare. Berdo’a artinya bekerja, bekerja artinya berdo’a. Susana hati yang tenang dan pikiran yang jernih – sebagai akibat saum - membuat do’a yang dipanjatkan terkonsentrasi. Kata-kata yang ada dalam kalimat do’a teresapi. Daya dari pengucapan do’a bangkit. Akhirnya do’a menjadi kenyataan. Maka datanglah rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Rezeki bukan hanya uang, termasuk di dalamnya adalah kesehatan dan keselamatan hidup. Daya yang dihasilkan dari do’a dapat mencegah orang yang akan berbuat jahat dan merubahnya menjadi kasih.
5. Untuk bisa berdo’a dengan efektif seseorang harus melatih dan mengasahnya. Daya dan kekuatan do’a bukan lahir dari oleh pikir tapi dari OLAH RASA. Di dalam olah rasa itulah seseorang mampu menemui DIRI SEJATI (Aku, Kuring) nya. Diri sejati ada di dalam rasa. Wa fi sirri ana. Di dalam ‘sirr’ ada Aku. Diri Sejati menguasai jismani (raga). Bila kita telah menemukan Diri Sejati kita, maka kita akan diiringkan menuju GURU SEJATI (Guru Mursyid atau Roh Qudsi) yang ada di dalam diri kita. Siapa Roh Qudsi itu ? Dia adalah tali penghubung antara “Aku” dan Allah SWT.
6. Bagaimana dengan EGO ? Ego adalah ‘aku yang dibungkus nafsu’. Ego merupakan wujud iblis yang ada di dalam diri manusia. Jika ego dilatih maka akan menghasilkan kekuatan jahat. Kekuatan setan yang menjauhkan manusia dari kebenaran. Ego sangat terikat dengan oleh pengalaman indrawi atau dikuasai oleh raga. Bila tuntutan jismani saja yang dipenuhi, maka Diri Sejati tertutupi. Padahal jismani itu hanyalah pakaian bagi Diri Sejati. Karena itu sasaran ego adalah kepentingan diri sendiri. Pemuasan diri sendiri. Orang lain itu soal nanti.
7. Mengapa do’a-do’a kita tak makbul (dikabulkan) dan tidak mustajab (diterima) ? Karena hanya keluar dari mulut semata. Hanya refleksi dari tuntutan jismani semata. Tidak lahir dari hati yang terdalam. Sudah jutaan orang Islam berdo’a di Mekah agar krisis berlalu. Kenyataannya krisis tak segera pergi. Setan yang dilempari di Mina malah hidup subur di dunia Islam.
8. Lalu bagaimana agar do’a itu makbul ? Ya harus membersihkan diri lahir dan batin. Membersihkan hati dari kedengkian, iri hati, mementingkan diri sendiri, kekikiran, kesombongan, dan sejenisnya. Iblis diberi modal oleh Allah berupa : kidzib, biladah, khianat, amarah, lawamah, mulhamah, sirik, pidik, jail, kaniaya, dudupak, iren, panasten, rurumpak, ngupat simuat, ujub, riya, takabur, nyaci maki, siksik melik teu kaopan teu payaan. Itu adalah modal setan untuk menggoda.
9. Manusa diberi modal oleh Allah apa ? Mutmainnah, rodiyah, mardiyyah, kamilah, sidik tableg, amanah, fatonah, nyaahan, dedeuhan, welasan, asihan, daek nulung kanu butuh, daek nalang kanu susah, ngajait kanu titeuleum, ngahudangkeun kanu labuh, mere ka nu daek.
10. Membersihkan diri lahir batin merupakan kebutuhan pokok bagi Diri Sejati. Makanan dan minumannya tidak berupa material bumi, tetapi budi pekerti yang makruf dan perbuatan hati yang luhur dengan ikhlas, tulus, tanpa pamrih. Memberi minum yang kehausan. Memberi makan yang kelaparan. Memberi pakaian yang kedinginan. Mengurangi atau membebaskan penderitaan orang lain. Inilah wujud ibadah yang sebenarnya. Salat, zakat, saum dan haji hanyalah cara untuk mewujudkan ibadah yang sebenarnya. Semua ritual itu disebut dengan riyadhah, pratice, exercise, latihan. Yang dituju adalah taqwa kepada Allah. Wallhu ‘alam !
· Disampaikan pada acara buka bersama puasa di STIE Binaniaga tahun 2015.
DINU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA SAMPEUREUN JAGA
Komentar