Langsung ke konten utama

STRATEGI BUDAYA DI ERA DIGITAL


STRATEGI BUDAYA MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT PADA ERA DIGITAL
Oleh : Agus Prana Mulia
(Pernah menjadi konsultan Kementerian : Reformasi Birokrasi dan Aparatur Negara, Pertanian, Koperasi dan UKM dan BNPB)













A.      MUKADIMAH
Bagi masyarakat kita, era globalisasi itu membawa harapan dan tantangan. Globalisasi mempunyai arti bahwa puncak misi risalah yang dibawah nabi Besar Muhammad SAW dalam perekayasaan dunia dan umat manusia telah menjadi kenyataan, berupa kematangan potensi perwakilan umat manusia, kerahmatan bagi sebagian alam dan kesatuan umat manusia.
Tantanganmya berupa :
1.      Globalisasi kultur yang menumbuhkan sekularisme dan materialisme sebagai produk ideologi ekonomi yang mengeksploitir nafsu konsumerisme dan seks manusia. Akibatnya terjadi demoralisasi dan erosi adat istiadat masyarakat.
2.      Globalisasi ekonomi dengan munculnya ekonomi konglomerasi dan kapitalis yang ditopang ekonomi dunia. Karena masyarakat belum bisa mengimbangi dan mengantisipasinya, mengakibatkan terjadi proses pemiskinan dan pemelaratan.  

B.       MABAHIS
1.    Islam dan Budaya Lokal Sebagai Alternatif
Masyarakat Indonesia harus memapu mewujudkan msyarakat yang bersih, sejahtera, aman, damai, tertib, beradab dan bebas dari segala rasa kekhawatiran dan ketakutan karena kesatuan gotong royongna. Perjuangan itu hanya dapat diwujudkan oleh perjuangan jama’ah yang kompak, utuh dan tidak mungkin oleh usaha perorangan atau golongan secara sendiri-sendiri (‘ashobiyah). Namun masyarakat kita mengalami kelemahan-kelemahan ilmu, teknologi, miskin, tergantung dan disintegrasi. Untuk perlu melakukan langkah-langkah strategis.

2.    Langkah Strategis
a.    Mengintegrasikan kembali antara dien (iman), budaya dan sains-teknologi (ilmu) dengan jalan pengambil alihan sains-teknologi dan pengembangan wawasan ke-Islam-an dan ke-budaya-an dengan karakteristik pribadi yang berpandangan rasional, ilmiah, terbuka, produktif, efisien, orientasi ke masa depan dan pembangunan, sehingga bebas dari ketergantungan.
b.    Perlu penyusunan kembali (rekonstruksi) kehidupan masyarakat yang berorientasi kepada pembinaan wilayah dan lingkungan hidup dalam bentuk penataan perkampungan-perkampungan masyarakat sebagai wilayah kesatuan kejama’ahan yang berpusat pada masjid. Wilayah jarul masjid inilah yang dibina menjadi wilayah kesatuan adat istiadat (kultur) Islami dan kesatuan wilayah kesejahteraan sosial dan ekonomi kejama’ahan masyarakat sebagai perwujudan dari masyarakat “Hayatan Thayyibah”.
c.    Perlu kehadiran sarana pendidikan, terutama berupa pelatihan-pelatihan kepemimpinan yang berorientasi kepada pembinaan wilayah dan kependudukan dan juga pelatihan-pelatihan manajemen sampah, pupuk organik, konservasi hutan dan lingkungan.
d.   Perlu kehadiran sarana ekonomi kemasyarakatan yang paling efektif untuk dapat memobilisasi potensi sosial ekonomi masyarakat baik pertanian, peternakan, perkebunan dan usaha kecil menengah lainnya, seperti baytul maal dan koperasi.
e.    Perlu kehadiran sarana kesenian, sanggar, museum, tradisi dan warisan budaya masyarakat lokal.
f.     Perlu kehadiran lembaga penelitian, pengkajian dan pengembangan pendidikan dan dakwah yang juga sebagai pusat informasi (data base) bagi perencanaan pembangunan masyarakat.  

C.           KHOTIMAH
Demikian poin-poin penting, prospek dan harapan mengenai strategi dakwah masyarakat di era abad dupuluh satu, era digital yang bersifat disruptive.


Bogor, 25 Desember 2019.






DINU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA SAMPEUREUN JAGA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SILSILAH MENURUT ORANG SUNDA

PANCAKAKI  Oleh  :  Agus Prana Mulia  (Budayawan Bogor) Pancakaki  bagi orang Sunda sepertiku sangatlah penting. Karena sebagai salah satu  upaya merekatkan kekerabatan diantara anggota keluarga. Sayang mayoritas generasi muda Sunda - termasuk bangsa Indonesia -  sekarang sudah banyak yang meninggalkan, akibatnya terjadi kehilangan obor alias tidak tahu silsilah keluarga. Saudara menjadi orang lain, orang lain menjadi saudara yang dalam pepatah sundanya :  dulur jadi batur, batur jadi dulur. padahal jelek-jelek juga adalah saudara, buruk-buruk papan jati. Penelusuran garis keturunan ( sakeseler ) dalam khazanah kesundaan diistilahkan dengan  pancakaki . Dalam Kamus Umum Basa Sunda (1993), pancakaki diartikan dengan dua pengertian.  1. Pancakaki menunjukkan hubungan seseorang dalam garis keluarga (perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa kaasup baraya keneh). Kita pasti mengenal istilah kekerabatan, seperti...

SULUK KA BADUY

Pintu Cicakal Girang Masyarakat Adat Baduy terletak di desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak, Provinsi Banten. Halaman Parkir Univ. Nusa Bangsa Bogor Gajebo Baduy Luar Puncak Tanjakan Tumayang Cibeo Jambatan (cukang) Ciujung arah Cibeo Bersama mahasiswa Univ. Nusa Bangsa Bogor Ngaweungi (bermalam) di Jamad Cipaler Girang

TASAWUF

TASAWUF, ZIKIR, MODERNITAS DAN PEMBERDAYAAN Oleh : Agus Pranamulia     Konsultan Manajemen Sumber Daya Manusia & Kelembagaan A.            Iftitah     Seluruh komponen bangsa memiliki kewajiban untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, unggul, berkualitas, dan berakhlak mulia. Pemerintah, masyarakat dan semua elemen yang ada di dalamnya, bertanggungjawab dan memiliki peran yang sama dalam mewujudkan tujuan mulia tersebut. Dalam mengimplementasikan kesadaran atas segenap persoalan yang ada, tidak cukup hanya dengan memahami dan memikirnya saja. Dibutuhkan aplikasi dari kesadaran atas persoalan tersebut. Islam telah meletakan dasar-dasar pemahaman keimanan dan ketakwaan secara lebih konkret dengan konsep ‘ulumul hadis’ yaitu : Iman, Islam dan Ihsan . Ketiganya diwujudkan dalam praktek tasawuf yang dimulai dari abad pertama Hijrah sebagai bentuk reaksi perlawanan terhadap penyimp...