Analisis Pengembangan
Potensi Ekonomi Lokal
Masyarakat Adat
Baduy
Desa Kanekes Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak
Agus Prana Mulia
Universitas Nusa Bangsa
cahayamulia68@gmail.com
Abstrak
Masyarakat
adat Baduy Kanekes yang tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS), di wilayah kabupaten Lebak, Jawa Barat. Aturan adat leluhur menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keseharian masyarakat baduy. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang
potensial, berdaya saing kompetitif, komparatif maupun spesialisasi, untuk
kemudian digunakan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian berdasarkan data
yang diperoleh baik dari internal maupun eksternal menunjukkan bahwa
pengembangan potensi ekonomi lokal masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak adalah : (a)
agribisnis on-farm, berupa budi daya padi huma dan budidaya sampingan di luar padi; (b) agribisnis
off-farm berupa olahan pasca panes dengan peningkatan industri kreatif :
kerajinan membuat kripik pisang, gula merah, gula semut, tenun, tas dan alat
pertanian; (c) Edukasi; dan (d) pariwisata. Strategi manajemen yang berupa
keputusan manajerial untuk menentukan pengembangan ekonomi unggulan lokal
masyarakat adat Baduy.
Kata
Kunci: masyarakat Adat Baduy, potensi ekonomi daerah, strategi manajemen dan
bisnis
Abstract
Baduy
community Baduy are indiheneous people that settled in the area of National
Park of Halimun Salak Mountain (TNGHS), on Kabupaten Lebak, Banten. The
adat of the rule of part of living day of baduy society. The purpose of this
study was to identify sectors of potential economic, competitive competitive,
comparative and specialization, to then be used as a driver of economic growth
and development. This type of research is descriptive qualitative research. Basic
method used is survey withe several techniques PRA. Research is done in Desa
Kanekes, Leuwidamar, Lebak. Banten Province. These
results indicate that by the sector identified as a leading sector is
agriculture : Padi Huma, creative industries : pasca panen product , education and
tourism. Finally to strategic management and business is
managerial decisions and actions that determines to local economics development
as : (a) instutional strengths; (b) creating a economics organization; and (c) sustainability
the monitoring and evaluating for the best development economics guarantee.
Keywords:
society culture, regional economic potential, strategic management and business
PENDAHULUAN
Masyarakat Adat Baduy sering digambarkan sebagai masyarakat miskin
dan marjinal karena hidup di kawasan yang jauh dari jangkauan orang luar dengan
tidak menggunakan listrik, barang-barang modern dan kendaraan. Mereka bertempat
tinggal di Wilayah Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak yang
dijadikan desa definitif dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Jawa Barat Nomor: 140/Kep. 526 Pemdes/1986 Tanggal 10 April 1986 dengan luas
5.101 Ha dan jumlah penduduk sebanyak 7181 jiwa dengan 1.997 kepala keluarga.
Masyarakat Adat Baduy mempunyai Hak Ulayat berupa kewenangan yang menurut hukum
adat dimiliki oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang
merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber
daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan
kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun
temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah
yang bersangkutan.
Untuk melakukan perlindungan atas hak ulayat Masyarakat Baduy,
Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak perlu menetapkan sebuah Peraturan Daerah
Nomor 32 tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy,
dimana bentuk perlindungan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melindungi tatanan masyarakat Baduy dari
upaya-upaya yang mengganggu atau merusak yang berasal dari luar masyarakat
Baduy.
Dasar pertimbangan utamanya adalah kawasan hutan yang berada di
Gunung Halimun Salak merupakan kesatuan
hamparan hutan dataran rendah dan pegunungan yang mempunyai keanekaragaman
hayati yang tinggi, sumber mata air bagi kepentingan kehidupan masyarakat
sekitarnya yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Kekayaan lainnya adalah
kandungan bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi seperti emas, bentonit,
kapur, dan lain-lain yang diperebutkan banyak pihak sehingga menimbulkan
konflik.
Menurut Adi, S (1998:17), komunitas Baduy, merupakan masyarakat yang
unik dengan penuh kesederhanaan dan kepatuhan. Kesederhanaannya dapat terlihat
dalam bentuk dan arah rumah yang seragam, cara bercocok tanam dan pakaiannya.
Di perkampungan Baduy, antar rumah satu dengan yang lainnya ditata rapih dan semuanya
menghadap ke selatan atau utara. Sistem bercocok tanam yang dilakukan juga
masih sangat tradisional dengan berladang (ngahuma). Pakaian sehari-hari
terdiri dari lengkung atau iket (ikat kepala), jamang kampret
atau kurung (baju lengan panjang tanpa kerah) dan beubeur. Tatali
paranti karuhun menjadi dasar budaya masyarakat adat untuk tetap
mempertahankan kearifan lokal sebagai implementasi filosofi hidupnya dalam
bentuk religi, pandangan hidup, mata pencaharian dan aktivitas
sosial budaya yang berjalan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Selain
itu ada pula masyarakat adat yang lain diluar Baduy yaitu Kasepuhan Banten
Kidul.
Menurut Thomas
L Wheelen dan J.David Hunger (2012), strategi manajemen bisnis adalah sejumlah
keputusan manajerial dan tindakan untuk menentukan jangka panjang dari sebuah
perusahaan. Di dalamnya terdiri dari empat dasar: pelacakan lapangan (enviromental
scanning) baik internal maupun eksternal, formula strategi (strategy
formulation) jangka panjang, pelaksanaan startegi (strategy
implementation) dan pengendalian (evaluation and control).
Berdasarkan
latar belakang di atas, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah (1) bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Baduy ? (2) bagaimana
sebaiknya strategi yang ditawarkan untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal
agar bernilai optimal bagi kesejahteraan rakyat di daerah ini ?. Berdasarkan
perumusan masalah yang telah disusun, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat Baduy dan mengetahui strategi yang
ditawarkan untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal agar bernilai optimal bagi
kesejahteraan rakyat di daerah ini. Dengan demikian, penelitian ini dapat
dijadikan sumbangan bagi penelitian ekonomi lokal, khususnya tentang kondisi
sosial ekonomi masyarakat Baduy. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan
bacaan, kajian dan referensi bagi penelitian-penelitian yang lain.
METODE
Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan
data dilakukan melalui pendekatan beberapa teknik PRA (Participatorv Rural
Appraisal) seperti : pemetaan kawasan, penelusuran lokasi, analisis mata
pencaharian, dan wawancara semi terstrukur. Teknik analisis mata pencaharian
berupa kegiatan diskusi untuk mengenali dan menganalisa keadaan kehidupan
masyarakat dari aspek mata pencaharian baik pertanian dan non pertanian, pola
pembagian kerja, tingkat penghasilan, dan pengeluaran masyarakat. Kegiatan
penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masyarakat Baduy terutama dari
aspek sosial ekonomi. Penelitian dilakukan di wilayah ulayat Baduy yakni di
Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada
bulan Januari – Maret 2015.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Wilayah Baduy
1.
Letak dan Luas
Secara
geografis Baduy terletak pada 6°27’27”–6°30’0” LS dan 108°3’9”–106°4’55” BT.
Wilayahnya merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang berada ketinggian berada
pada ketinggian 400 meter diatas permukaan laut dengan karakteristik topografi
berbukit dan bergunung dengan tingkat kemiringan lereng 40 derajat. Suhu
rata-rata pada musim kemarau berkisar 300 Celcius sedangkan pada
musim penghujan sekitar 21-250
Celcius. Curah hujan rata-rata 2.218 mm/tahun dengan kelembaban udara
84%.
Tipologi
desa ini termasuk desa yang jauh dari pusat pemerintahan, baik ibukota
Kabupaten ataupun Kecamatan dan desa di sekitar hutan dan terisolasi, dengan
posisi desa ditinjau dari jarak dengan
lokasi ibukota kecamatan dan kabupaten sebagai berikut :
Tabel 1. Jarak lokasi desa dengan ibukota kecamatan dan kabupaten
Jarak Desa Kanekes Jarak
Dari
lokasi ke ibukota kecamatan Leuwidamar 21 km
Dari lokasi ke
ibukota kabupaten Lebak (Rangkasbitung) 42
km
Sumber : Monografi Desa Kanekes Tahun 2015
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan
Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, luas wilayahnya 5.136,58 hektar (ha), terdiri dari 381 ha lahan
pertanian, 1500 ha ladang, 250 ha perkampungan, 5,58 ha rawa, dan 3000 ha hutan
lindung. Desa Kanekes terdiri atas 63 kampung, 3 kampung Baduy Dalam yaitu
Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik, serta 60 kampung Baduy Luar. Desa Kanekes sebagai
wilayah pemukiman Masyarakat Baduy memiliki batas-batas Desa sebagai berikut:
a. Utara: (1) Desa Bojongmenteng
Kecamatan Leuwidamar; (2) Desa Cisimeut Kecamatan Leuwidamar; (3) Desa Nayagati
Kecamatan Leuwidamar.
b. Barat: (1) Desa Parakanbeusi
Kecamatan Bojongmanik; (2) Desa Keboncau Kecamatan Bojongmanik; (3) Desa
Karangnunggal Kecamatan Bojongmanik.
c. Selatan: Desa Cikate Kecamatan Cijaku.
d. Timur: (1) Karangcombong
Kecamatan Muncang; (2) Desa Cilebang Kecamatan Muncang.
Adapun batas-batas alamnya
sebagai berikut:
a. Utara : Sungai Ciujung;
b. Selatan : Sungai Cidikit;
c. Barat : Sungai Cibarani;
d. Timur : Sungai Cisimeut.
2.
Demografi
Jumlah penduduk mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
jumlah kampung, dimana pada tahun 1985 adalah 30 kampung, meningkat menjadi 49
kampung di tahun 1994, pada tahun 2000 mengalami penambahan jumlah menjadi 52
kampung, di akhir tahun 2008 bertambah menjadi 58 kampung, dan di awal tahun
2009 hingga 2010 bertambah menjadi 59 kampung. Pada akhir tahun 2012 jumlah
kampung di Baduy luar kembali mengalami peningkatan sehingga total kampung yang
ada di Baduy adalah 63 kampung. Meskipun terjadi penambahan jumlah kampung dan
jumlah penduduk, jumlah kampung di Baduy Dalam tetap dipertahankan dengan
jumlah tiga kampung saja yaitu Cikeusik, Cibeo, dan Cikertawana. Penambahan
jumlah kampung hanya dapat dilakukan di kawasan Baduy Luar dengan pertimbangan
dari pemerintah adat dan pemerintah desa.
3.
Kepercayaan
Masyarakat adat Baduy menganut kepercayaan Slam Sunda Wiwitan yang
dalam kepercayaan tersebut mengakui adanya Tuhan (Gusti Allah) sebagai pencipta
alam yang menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam dan mengakui Nabi
Muhammad sebagai saudara muda dari keturunan mereka yang memiliki amanat
sebagai penutup kesempurnaan perjalanan sejarah keyakinan manusia untuk
berkiblat pada Ka’bah, sehingga pada upacara tertentu mereka mengenal dan
membaca dua kalimah sahadat sebagai penyempurna dari sahadat-sahadat lainnya
(Kurnia dan Sihabudin 2010).
4.
Mata pencaharian
Mata pencaharian utama adalah berladang (ngahuma) yang
merupakan rukun hidup (pikukuh) dan bernilai sangat penting (Garna 1988;
Suansa 2011). Selain berladang terdapat juga kegiatan lain yaitu menyadap aren
(nyadap aren) untuk selanjutnya diolah menjadi gula aren dan mencari
madu (nyiar odeng) yang umumnya dilakukan oleh laki-laki Baduy. Sedangkan
perempuan Baduy biasanya membantu suaminya di ladang dan menenun kain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (khususnya perempuan Baduy Luar).
5.
Pendidikan
Pendidikan formal tidak diperbolehkan, terutama di baduy Dalam. Di
desa Kanekes hanyab terdapat sebuah Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah di
kampung baduy luar Cicakal Girang.
Masyarakat Baduy banyak yang mengenal baca tulis, berhitung dan
internet. Mereka belajar dari orang luar yang datang ke lingkungannya. Generasi
muda Baduy telah dapat menulis namanya sendiri dengan bahasa latin, yang
mereka tulis dengan arang pada kayu-kayu
di rumahnya. Dalam hal hitung menghitung, mereka sudah paham terutama dalam hal
perhitungan uang untuk jual beli.
6.
Kesehatan
Masyarakat Baduy memiliki akses yang mudah menuju ke UPT Puskesmas
Cisimeut yang berada di Jalan Raya Ciboleger Km. 02, Bojong Menteng, Leuwidamar atau ke Puskesmas Cirinten. Karena
merokok merupakan kebiasaan hidup mereka, maka penyakit tertinggi yang diderita
adalah : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) disamping dermatitis, scabies
(kudis), gastritis, infeksi jamur, myalgia (nyeri dalam sumsum tulang),
reumatik, dan suspen cacingan.
7.
Pola Masyarakat
Masyarakat Baduy terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni Baduy
Dalam (tangtu) dan Baduy Luar (panamping). Pembagian ini
merupakan bentuk adaptasi, toleransi, dan demokrasi masyarakat Baduy terhadap
dinamika masyarakat Baduy, namun berdasarkan beberapa literatur wilayah Baduy
juga meliputi masyarakat Baduy yang mendiami Desa Cikakal Girang (sering
disebut dengan Baduy muslim) dan Baduy Kompol. Masyarakat di masing-masing
pembagian tersebut memiliki kesamaan yaitu sama-sama masyarakat Baduy yang
berpegang teguh pada pikukuh karuhun (rukun) dan buyut
(larangan).
Menurut Ayah Mursid (2015), perbedaan yang bisa dilihat adalah dari
pakaian, rumah, bepergian, pendidikan dan musik. Pakaian baduy jero menggunakan
baju dan iket polos putih sedangkan baduy luar batik dan iket biru. Rumah baduy
jero sederhana, berpintu satu, tidak menggunakan paku hanya diikat tali serta
menghadap dua arah utara dan selatan. Sedangkan di baduy luar menghadap ke
timur dan barat, berpintu dua dan menggunakan paku. Dalam berpergian baduy jero
harus jalan kaki-kaki dan tidak menggunakan sandal atau sepatu. Baduy luar
dibolehkan menggunakan kendaraan dan alas kaki. Dalam bidang pendidikan di
baduy jero untuk anak-anaknya diserahkan kepada masing-masing orang tuanya,
sedangkan untuk anak remaja dan dewasa diamanahkan kepada adat melalui jaro
tangtu. Di baduy luar melalui jaro tujuh dan kolot lembur. Dalam hal alat
musik, baduy jero dilengkapi angklung, kacapi dan kumbang sejenis suling dan
tidak ada kromong. Sementara di baduy luar terdapat angklung, kacapi, trawelet
dan karinding.
B. Potensi Ekonomi
1.
Pertanian Padi
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak tahun 2015 menunjukkan
bahwa lebih dari 50 % penduduk Baduy melakukan kegiatan budidaya pertanian:
padi kering (ngahuma). Ini merupakan persentase tertinggi di kecamatan Leuwidamar.
Rata-rata produksi padi dalam setahun
adalah 591 ton, dan disimpan di leuit hingga tahan lama, mencapai lebih dari
lima puluh tahun dengan kondisi baik dan masih tetap layak untuk dikonsumsi,
sehingga menjadi cadangan pangan yang sangat penting bagi masyarakat Baduy.
Sudah seharusnya pertanian yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat adat
Baduy harus diwariskan atau diturunkan kepada generasi penerus, agar supaya
tetap terjaga dan selalu ada untuk menjadi bagian dari kehidupan Masyarakat
Adat.
2.
Agribisnis lainnya
Pekerjaan yang
dilakukan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dilarang
memproduksi berlebihan. Mata pencaharian sampingan saat menunggu waktu panen
atau waktu luang adalah membuat:
a. kerajinan
tangan dari bambu seperti asepan, boboko, nyiru, dan lain-lain,
b. membuat koja atau
tas dari kulit kayu,
c. mencari rotan,
d. memanen buah pete
dan buah-buahan lainnya,
e. memanen madu,
f. membuat atap
dari daun kirai,
g. membuat alat
pertanian seperti golok dan kored,
h. bagi perempuan
Baduy, selain membantu suaminya di ladang kegiatan di waktu luangnya adalah
bertenun. Mereka rnenenun kain menggunakan alat sederhana yang dibuatnya
sendiri,
i. menyadap nira
untuk membuat gula,
j. menanam kelapa,
durian, dukuh, sirsak, nangka, pisang, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,
cabai, jagung, kopi, cengkeh dan kayu sengon’.
k. membuat kripik pisang.
3.
Peternakan
Budaya masyarakat Baduy yang mengharamkan beternak hewan berkaki
empat karena dianggap mewah, maka ayam
menjadi satu-satunya hewan yang dibudidayakan dan dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari,
lebaran dan pesta pernikahan.
4.
Potensi Riset Pendidikan
Sebagian
besar wisatawan baik domestik maupun internasional tertarik pada persoalan
konservasi dan budaya setempat. Mereka berasal dari perguruan tinggi, sekolah,
peneliti, lembaga, instansi swasta, dan pemerintah. Sedangkan dari kalangan
keluarga relatif masih kecil.
5.
Potensi Pariwisata
Selain
mengangkat perekonomian masyarakat melalui industri rumah tangga yang mengolah
pisang, pengembangan pariwisata juga mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada
masyarakat sekitar untuk berusaha aneka pangan khas Baduy yang dijual kepada
wisatawan. Kecamatan Leuwidamar merupakan salah satu di antara kecamatan di
Kabupaten Lebak yang dijadikan bagian destinasi pariwisata. Penataan
pintu masuk sudah mulai dilakukan terutama pintu Ciboleger dan Cijahe.
C. Strategi Pengembangan
Ekonomi
Setelah melakukan enviromental scanning baik berupa
wawancara, observasi partisipan, dan focus
group discussion (FGD) dilengkapi dengan data BPS Kabupaten Lebak tahun 2015,
bahwa di desa Kanekes masih sedikitnya lembaga pendidikan baik formal maupun
informal dan tidak ditemukan kelembagaan ekonomi,
maka strategy formulation yang harus dibangun adalah :
1.
Penguatan Kelembagaan Kelompok.
Strategy Implementation-nya adalah transformasi ilmu dan teknologi di
bidang pertanian dengan pelatihan-pelatihan teknis seperti : (a) manajemen budi
daya agribisnis sampingan seperti : kelapa, durian, dukuh, sirsak, nangka, pisang, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, cabai, jagung, kopi, cengkeh dan kayu sengon; (b) manajemen pupuk organik; (c) manajemen kelompok tani,
dan (d) produksi, pengemasan dan pemasaran.
2.
Pendirian Kelembagaan Ekonomi.
Strategy Implementation-nya adalah pendirian lembaga keuangan dan bisnis
seperti koperasi atau badan usaha milik desa yang dapat mendukung pengembangan
ekonomi lokal unggulan, baik dari akses permodalan, keterampilan bisnis,
produksi dan pemasaran dan terkait dengan promosi pariwisata.
3.
Kesinambungan dalam monitoring dan evaluasi.
Seluruh
pemangku kepentingan di kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak, harus terus
mengupayakan perbaikan.
SIMPULAN
Data yang
diperoleh baik dari internal maupun eksternal menunjukkan bahwa pengembangan
potensi ekonomi lokal masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak adalah : (a) agribisnis on-farm, berupa budi daya padi huma dan
budidaya sampingan di luar padi; (b)
agribisnis off-farm berupa olahan pasca panes : kerajinan membuat kripik
pisang, gula merah, gula semut, tenun, tas dan alat pertanian; (c) Edukasi; dan
(d) pariwisata. Strategi manajemen yang berupa keputusan manajerial untuk menentukan
pengembangan ekonomi unggulan lokal masyarakat adat Baduy. Selanjutnya: (a)
penguatan kelembagaan kelompok; (b) pendirian kelembagaan kelompok; dan (c) kesinambungan
dalam monitoring dan evaluasi untuk menjamin kelangsungan pengembangan ekonomi unggulan.
PUSTAKA
ACUAN
Buku
Imam Hanafi,
dkk. 2004. Nyoreang Alam Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Bogor: RMI
Kusnaka
Adimihardja. 1992. Kasepuhan Yang Tumbuh Di atas Yang Luruh, Pengelolaan
Lingkungan Secara Tradisional Di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bandung:
Tarsito.
Kecamatan Leuwidamar
dalam angka 2015, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lebak, Katalog BPS : 1102001.3602.100. Nomor Publikasi : 36020.1814
Latifah
Hendarti. 2008. Menepis Kabut Halimun. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ningrat, A. A.
(2004). Karakteristik Lanskap Tradisional, di Halimun Selatan dan Faktor
-Faktor yang Mempengaruhinya: Sebuah Studi pada Kampung Kasepuhan di Kesatuan
Adat Banten Kidul, Kampung Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bogor:
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat
Masyarakat Baduy, Lembaran Daerah
Kabupaten Lebak Nomor 65 Tahun 2001 SERI
C.
Penjelasan
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas
Hak Ulayat Masyarakat Baduy, Tambahan Lembaran Negara Daerah Kabupaten Lebak
Nomor 4.
Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Lebak tahun 2012-2017.
Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999
Tanggal 24 Juni 1999 tentang Pendoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat.
Sugiyono, 2008.
Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Soerjono
Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Statistik
Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lebak 2015, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak,
Nomor Publikasi : 3202.1751, Katalog BPS
: 4101002.3202
Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor: 140/Kep. 526 Pemdes/1986
Tanggal 10 April 1986.
Wheelen, Thomas
L and Hunger, J.David, 2012, Strategic Management and Business Policy Toward
Global Sustainability, New Jersey : Pearson.
Jurnal
Adi, S, 1988,
‘Hitam dan Putih dalam Busana’ Dalam Nurhadi Rangkuti (Ed.), Orang Baduy dari
Inti Jagat, Yogyakarta : Bayu Indra Grafika.
Bintari, Risna,
2000, Sejarah Perkembangan sosial Ekonomi Pasca Terbentuknya Provinsi Banten
tahun 2000, Semarang : Journal of Indonesia History, Volume 1 (1) tahun 2012.
Hanafi, et.
all., 2004. Nyoreang Alam Ka Tukang, Nyawang Anu bakal Datang. Penelusuran
Pergulatan di Kawasan Halimun, Jawa Barat-Banten. Publikasi RMI-the Indonesian
Institute for Forest and Environment. Bogor- Indonesia.
Rita Rahmawati,
dkk, 2008, Pengetahuan Lokal Adat Masyarakat Kasepuhan : Adaftasi Konflik dan
Dinamika Sosio-Ekologis, Sodality : Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi
dan Ekologi Manusia.
Senoaji,
Gunggung, 2010, Masyarakat Baduy, Hutan, Dan Lingkungan (Baduy Community,
Forest, and Environment), Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. I 7, No.2, Juli
2010: I l3- 123.
Wawancara
Ayah
Mursid (50 tahun). Tokoh Kampung Baduy Dalam Cibeo. Kanekes : 2015.
Ahmad (52
tahun). Tokoh Masyarakat Cicakal Girang. Kanekes: 2015.
Ai
Dewi (46 tahun). Guru Keliling Masyarakat Baduy Luar. Kanakes: 2015.
Sarip (42
tahun). Warga Kaduketeg. Kanekes : 2015.
Dede (54
tahun). Kepala Dinas Pertanian kabupaten Lebak. Rangkasbitung: 2015.
Adung (40
tahun). Warga Kampung Cicakal Girang. Kanekes : 2015.
Jamad
(40 tahun). Warga Kampung Cibungur. Kanekes : 2015.
Wahyu
(42 tahun). Pedagang di pintu masuk Baduy. Cijahe : 2015.
Komentar