Langsung ke konten utama

Potensi Ekonomi Masyarakat Adat Kanekes Baduy, 2016


Analisis Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal
Masyarakat Adat Baduy
Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak

Agus Prana Mulia
Universitas Nusa Bangsa
cahayamulia68@gmail.com

Abstrak
Masyarakat adat Baduy Kanekes yang tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), di wilayah kabupaten Lebak, Jawa Barat. Aturan adat leluhur menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keseharian masyarakat baduy. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang potensial, berdaya saing kompetitif, komparatif maupun spesialisasi, untuk kemudian digunakan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh baik dari internal maupun eksternal menunjukkan bahwa pengembangan potensi ekonomi lokal masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,  Kabupaten Lebak adalah : (a) agribisnis on-farm, berupa budi daya padi huma dan budidaya  sampingan di luar padi; (b) agribisnis off-farm berupa olahan pasca panes dengan peningkatan industri kreatif : kerajinan membuat kripik pisang, gula merah, gula semut, tenun, tas dan alat pertanian; (c) Edukasi; dan (d) pariwisata. Strategi manajemen yang berupa keputusan manajerial untuk menentukan pengembangan ekonomi unggulan lokal masyarakat adat Baduy.

Kata Kunci: masyarakat Adat Baduy, potensi ekonomi daerah, strategi manajemen dan bisnis

Abstract
Baduy community Baduy are indiheneous people that settled in the area of National Park of Halimun Salak Mountain (TNGHS), on Kabupaten Lebak, Banten. The adat of the rule of part of living day of baduy society. The purpose of this study was to identify sectors of potential economic, competitive competitive, comparative and specialization, to then be used as a driver of economic growth and development. This type of research is descriptive qualitative research. Basic method used is survey withe several techniques PRA. Research is done in Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak. Banten Province. These results indicate that by the sector identified as a leading sector is agriculture : Padi Huma, creative industries : pasca panen product , education and tourism. Finally to strategic management and business is managerial decisions and actions that determines to local economics development as : (a) instutional strengths; (b) creating a economics organization; and (c) sustainability the monitoring and evaluating for the best development economics guarantee.

Keywords: society culture, regional economic potential, strategic management and business


PENDAHULUAN
Masyarakat Adat Baduy sering digambarkan sebagai masyarakat miskin dan marjinal karena hidup di kawasan yang jauh dari jangkauan orang luar dengan tidak menggunakan listrik, barang-barang modern dan kendaraan. Mereka bertempat tinggal di Wilayah Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak yang dijadikan desa definitif dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor: 140/Kep. 526 Pemdes/1986 Tanggal 10 April 1986 dengan luas 5.101 Ha dan jumlah penduduk sebanyak 7181 jiwa dengan 1.997 kepala keluarga.
Masyarakat Adat Baduy mempunyai Hak Ulayat berupa kewenangan yang menurut hukum adat dimiliki oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.
Untuk melakukan perlindungan atas hak ulayat Masyarakat Baduy, Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak perlu menetapkan sebuah Peraturan Daerah Nomor 32 tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, dimana bentuk perlindungan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam melindungi tatanan masyarakat Baduy dari upaya-upaya yang mengganggu atau merusak yang berasal dari luar masyarakat Baduy.
Dasar pertimbangan utamanya adalah kawasan hutan yang berada di Gunung Halimun  Salak merupakan kesatuan hamparan hutan dataran rendah dan pegunungan yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, sumber mata air bagi kepentingan kehidupan masyarakat sekitarnya yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Kekayaan lainnya adalah kandungan bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi seperti emas, bentonit, kapur, dan lain-lain yang diperebutkan banyak pihak sehingga menimbulkan konflik.
Menurut Adi, S (1998:17), komunitas Baduy, merupakan masyarakat yang unik dengan penuh kesederhanaan dan kepatuhan. Kesederhanaannya dapat terlihat dalam bentuk dan arah rumah yang seragam, cara bercocok tanam dan pakaiannya. Di perkampungan Baduy, antar rumah satu dengan yang lainnya ditata rapih dan semuanya menghadap ke selatan atau utara. Sistem bercocok tanam yang dilakukan juga masih sangat tradisional dengan berladang (ngahuma). Pakaian sehari-hari terdiri dari lengkung atau iket (ikat kepala), jamang kampret atau kurung (baju lengan panjang tanpa kerah) dan beubeur. Tatali paranti karuhun menjadi dasar budaya masyarakat adat untuk tetap mempertahankan kearifan lokal sebagai implementasi filosofi hidupnya dalam bentuk religi, pandangan hidup, mata pencaharian dan aktivitas sosial budaya yang berjalan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Selain itu ada pula masyarakat adat yang lain diluar Baduy yaitu Kasepuhan Banten Kidul.
Menurut Thomas L Wheelen dan J.David Hunger (2012), strategi manajemen bisnis adalah sejumlah keputusan manajerial dan tindakan untuk menentukan jangka panjang dari sebuah perusahaan. Di dalamnya terdiri dari empat dasar: pelacakan lapangan (enviromental scanning) baik internal maupun eksternal, formula strategi (strategy formulation) jangka panjang, pelaksanaan startegi (strategy implementation) dan pengendalian (evaluation and control).
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Baduy ? (2) bagaimana sebaiknya strategi yang ditawarkan untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal agar bernilai optimal bagi kesejahteraan rakyat di daerah ini ?. Berdasarkan perumusan masalah yang telah disusun, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat Baduy dan mengetahui strategi yang ditawarkan untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal agar bernilai optimal bagi kesejahteraan rakyat di daerah ini. Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan bagi penelitian ekonomi lokal, khususnya tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat Baduy. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan bacaan, kajian dan referensi bagi penelitian-penelitian yang lain. 

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui pendekatan beberapa teknik PRA (Participatorv Rural Appraisal) seperti : pemetaan kawasan, penelusuran lokasi, analisis mata pencaharian, dan wawancara semi terstrukur. Teknik analisis mata pencaharian berupa kegiatan diskusi untuk mengenali dan menganalisa keadaan kehidupan masyarakat dari aspek mata pencaharian baik pertanian dan non pertanian, pola pembagian kerja, tingkat penghasilan, dan pengeluaran masyarakat. Kegiatan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masyarakat Baduy terutama dari aspek sosial ekonomi. Penelitian dilakukan di wilayah ulayat Baduy yakni di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada bulan Januari – Maret  2015.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Karakteristik Wilayah Baduy
1.    Letak dan Luas
Secara geografis Baduy terletak pada 6°27’27”–6°30’0” LS dan 108°3’9”–106°4’55” BT. Wilayahnya merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang berada ketinggian berada pada ketinggian 400 meter diatas permukaan laut dengan karakteristik topografi berbukit dan bergunung dengan tingkat kemiringan lereng 40 derajat. Suhu rata-rata pada musim kemarau berkisar 300 Celcius sedangkan pada musim penghujan sekitar 21-250  Celcius. Curah hujan rata-rata 2.218 mm/tahun dengan kelembaban udara 84%.
Tipologi desa ini termasuk desa yang jauh dari pusat pemerintahan, baik ibukota Kabupaten ataupun Kecamatan dan desa di sekitar hutan dan terisolasi, dengan posisi desa ditinjau dari  jarak dengan lokasi ibukota kecamatan dan kabupaten sebagai berikut :

Tabel 1. Jarak lokasi desa dengan ibukota kecamatan dan kabupaten
Jarak Desa Kanekes                                                                        Jarak 
Dari lokasi ke ibukota kecamatan Leuwidamar                                 21 km
Dari lokasi ke ibukota kabupaten Lebak (Rangkasbitung)     42 km
Sumber : Monografi Desa Kanekes Tahun 2015

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, luas wilayahnya 5.136,58 hektar (ha), terdiri dari 381 ha lahan pertanian, 1500 ha ladang, 250 ha perkampungan, 5,58 ha rawa, dan 3000 ha hutan lindung. Desa Kanekes terdiri atas 63 kampung, 3 kampung Baduy Dalam yaitu Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik, serta 60 kampung Baduy Luar. Desa Kanekes sebagai wilayah pemukiman Masyarakat Baduy memiliki batas-batas Desa sebagai berikut:
a.  Utara: (1) Desa Bojongmenteng Kecamatan Leuwidamar; (2) Desa Cisimeut Kecamatan Leuwidamar; (3) Desa Nayagati Kecamatan Leuwidamar.
b. Barat: (1) Desa Parakanbeusi Kecamatan Bojongmanik; (2) Desa Keboncau Kecamatan Bojongmanik; (3) Desa Karangnunggal Kecamatan Bojongmanik.
c.  Selatan:  Desa Cikate Kecamatan Cijaku.
d.  Timur: (1) Karangcombong Kecamatan Muncang; (2) Desa Cilebang Kecamatan Muncang.
Adapun batas-batas alamnya  sebagai berikut:
a. Utara           :  Sungai Ciujung;
b. Selatan        :  Sungai Cidikit;
c. Barat           :  Sungai Cibarani;
d. Timur          :  Sungai Cisimeut.
2.    Demografi
Jumlah penduduk mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah kampung, dimana pada tahun 1985 adalah 30 kampung, meningkat menjadi 49 kampung di tahun 1994, pada tahun 2000 mengalami penambahan jumlah menjadi 52 kampung, di akhir tahun 2008 bertambah menjadi 58 kampung, dan di awal tahun 2009 hingga 2010 bertambah menjadi 59 kampung. Pada akhir tahun 2012 jumlah kampung di Baduy luar kembali mengalami peningkatan sehingga total kampung yang ada di Baduy adalah 63 kampung. Meskipun terjadi penambahan jumlah kampung dan jumlah penduduk, jumlah kampung di Baduy Dalam tetap dipertahankan dengan jumlah tiga kampung saja yaitu Cikeusik, Cibeo, dan Cikertawana. Penambahan jumlah kampung hanya dapat dilakukan di kawasan Baduy Luar dengan pertimbangan dari pemerintah adat dan pemerintah desa.
3.    Kepercayaan
Masyarakat adat Baduy menganut kepercayaan Slam Sunda Wiwitan yang dalam kepercayaan tersebut mengakui adanya Tuhan (Gusti Allah) sebagai pencipta alam yang menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam dan mengakui Nabi Muhammad sebagai saudara muda dari keturunan mereka yang memiliki amanat sebagai penutup kesempurnaan perjalanan sejarah keyakinan manusia untuk berkiblat pada Ka’bah, sehingga pada upacara tertentu mereka mengenal dan membaca dua kalimah sahadat sebagai penyempurna dari sahadat-sahadat lainnya (Kurnia dan Sihabudin 2010).
4.    Mata pencaharian
Mata pencaharian utama adalah berladang (ngahuma) yang merupakan rukun hidup (pikukuh) dan bernilai sangat penting (Garna 1988; Suansa 2011). Selain berladang terdapat juga kegiatan lain yaitu menyadap aren (nyadap aren) untuk selanjutnya diolah menjadi gula aren dan mencari madu (nyiar odeng) yang umumnya dilakukan oleh laki-laki Baduy. Sedangkan perempuan Baduy biasanya membantu suaminya di ladang dan menenun kain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (khususnya perempuan Baduy Luar).
5.    Pendidikan
Pendidikan formal tidak diperbolehkan, terutama di baduy Dalam. Di desa Kanekes hanyab terdapat sebuah Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah di kampung baduy luar Cicakal Girang.  Masyarakat Baduy banyak yang mengenal baca tulis, berhitung dan internet. Mereka belajar dari orang luar yang datang ke lingkungannya. Generasi muda Baduy telah dapat menulis namanya sendiri dengan bahasa latin, yang mereka  tulis dengan arang pada kayu-kayu di rumahnya. Dalam hal hitung menghitung, mereka sudah paham terutama dalam hal perhitungan uang untuk jual beli.
6.    Kesehatan
Masyarakat Baduy memiliki akses yang mudah menuju ke UPT Puskesmas Cisimeut yang berada di Jalan Raya Ciboleger Km. 02, Bojong Menteng,  Leuwidamar atau ke Puskesmas Cirinten. Karena merokok merupakan kebiasaan hidup mereka, maka penyakit tertinggi yang diderita adalah : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) disamping dermatitis, scabies (kudis), gastritis, infeksi jamur, myalgia (nyeri dalam sumsum tulang), reumatik, dan suspen cacingan.
7.    Pola Masyarakat
Masyarakat Baduy terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni Baduy Dalam (tangtu) dan Baduy Luar (panamping). Pembagian ini merupakan bentuk adaptasi, toleransi, dan demokrasi masyarakat Baduy terhadap dinamika masyarakat Baduy, namun berdasarkan beberapa literatur wilayah Baduy juga meliputi masyarakat Baduy yang mendiami Desa Cikakal Girang (sering disebut dengan Baduy muslim) dan Baduy Kompol. Masyarakat di masing-masing pembagian tersebut memiliki kesamaan yaitu sama-sama masyarakat Baduy yang berpegang teguh pada pikukuh karuhun (rukun) dan buyut (larangan).
Menurut Ayah Mursid (2015), perbedaan yang bisa dilihat adalah dari pakaian, rumah, bepergian, pendidikan dan musik. Pakaian baduy jero menggunakan baju dan iket polos putih sedangkan baduy luar batik dan iket biru. Rumah baduy jero sederhana, berpintu satu, tidak menggunakan paku hanya diikat tali serta menghadap dua arah utara dan selatan. Sedangkan di baduy luar menghadap ke timur dan barat, berpintu dua dan menggunakan paku. Dalam berpergian baduy jero harus jalan kaki-kaki dan tidak menggunakan sandal atau sepatu. Baduy luar dibolehkan menggunakan kendaraan dan alas kaki. Dalam bidang pendidikan di baduy jero untuk anak-anaknya diserahkan kepada masing-masing orang tuanya, sedangkan untuk anak remaja dan dewasa diamanahkan kepada adat melalui jaro tangtu. Di baduy luar melalui jaro tujuh dan kolot lembur. Dalam hal alat musik, baduy jero dilengkapi angklung, kacapi dan kumbang sejenis suling dan tidak ada kromong. Sementara di baduy luar terdapat angklung, kacapi, trawelet dan karinding. 

B.    Potensi Ekonomi
1.         Pertanian Padi
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak tahun 2015 menunjukkan bahwa lebih dari 50 % penduduk Baduy melakukan kegiatan budidaya pertanian: padi kering (ngahuma). Ini merupakan persentase tertinggi di kecamatan Leuwidamar.  Rata-rata produksi padi dalam setahun adalah 591 ton, dan disimpan di leuit hingga tahan lama, mencapai lebih dari lima puluh tahun dengan kondisi baik dan masih tetap layak untuk dikonsumsi, sehingga menjadi cadangan pangan yang sangat penting bagi masyarakat Baduy. Sudah seharusnya pertanian yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat adat Baduy harus diwariskan atau diturunkan kepada generasi penerus, agar supaya tetap terjaga dan selalu ada untuk menjadi bagian dari kehidupan Masyarakat Adat.
2.    Agribisnis  lainnya
Pekerjaan yang dilakukan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dilarang memproduksi berlebihan. Mata pencaharian sampingan saat menunggu waktu panen atau waktu luang adalah membuat:
a.    kerajinan tangan dari bambu seperti asepan, boboko, nyiru, dan lain-lain,
b.    membuat koja atau tas dari kulit kayu,
c.    mencari rotan,
d.    memanen buah pete dan buah-buahan lainnya,
e.    memanen madu,
f.     membuat atap dari daun kirai,
g.    membuat alat pertanian seperti golok dan kored,
h.    bagi perempuan Baduy, selain membantu suaminya di ladang kegiatan di waktu luangnya adalah bertenun. Mereka rnenenun kain menggunakan alat sederhana yang dibuatnya sendiri,  
i.      menyadap nira untuk membuat gula,
j.     menanam kelapa, durian, dukuh, sirsak, nangka, pisang, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, cabai, jagung, kopi, cengkeh dan kayu sengon’.
k.    membuat kripik pisang.
3.    Peternakan
Budaya masyarakat Baduy yang mengharamkan beternak hewan berkaki empat karena dianggap mewah,  maka ayam menjadi satu-satunya hewan yang dibudidayakan dan dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, lebaran dan pesta pernikahan.
4.    Potensi Riset Pendidikan
Sebagian besar wisatawan baik domestik maupun internasional tertarik pada persoalan konservasi dan budaya setempat. Mereka berasal dari perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga, instansi swasta, dan pemerintah. Sedangkan dari kalangan keluarga relatif masih kecil.
5.    Potensi Pariwisata
Selain mengangkat perekonomian masyarakat melalui industri rumah tangga yang mengolah pisang, pengembangan pariwisata juga mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar untuk berusaha aneka pangan khas Baduy yang dijual kepada wisatawan. Kecamatan Leuwidamar merupakan salah satu di antara kecamatan di Kabupaten Lebak yang dijadikan bagian destinasi pariwisata. Penataan pintu masuk sudah mulai dilakukan terutama pintu Ciboleger dan Cijahe.  

C.   Strategi Pengembangan Ekonomi
Setelah melakukan enviromental scanning baik berupa wawancara, observasi partisipan,  dan focus group discussion (FGD) dilengkapi dengan data BPS Kabupaten Lebak tahun 2015, bahwa di desa Kanekes masih sedikitnya lembaga pendidikan baik formal maupun informal dan tidak ditemukan kelembagaan ekonomi, maka strategy formulation yang harus dibangun adalah :
1.      Penguatan Kelembagaan Kelompok. Strategy Implementation-nya adalah transformasi ilmu dan teknologi di bidang pertanian dengan pelatihan-pelatihan teknis seperti : (a) manajemen budi daya agribisnis sampingan seperti : kelapa, durian, dukuh, sirsak, nangka, pisang, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, cabai, jagung, kopi, cengkeh dan kayu sengon; (b) manajemen pupuk organik; (c) manajemen kelompok tani, dan (d) produksi, pengemasan dan pemasaran. 
2.      Pendirian Kelembagaan Ekonomi. Strategy Implementation-nya adalah pendirian lembaga keuangan dan bisnis seperti koperasi atau badan usaha milik desa yang dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal unggulan, baik dari akses permodalan, keterampilan bisnis, produksi dan pemasaran dan terkait dengan promosi pariwisata.
3.      Kesinambungan dalam monitoring dan evaluasi.
Seluruh pemangku kepentingan di kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak, harus terus mengupayakan perbaikan.

SIMPULAN
Data yang diperoleh baik dari internal maupun eksternal menunjukkan bahwa pengembangan potensi ekonomi lokal masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak adalah : (a) agribisnis on-farm, berupa budi daya padi huma dan budidaya  sampingan di luar padi; (b) agribisnis off-farm berupa olahan pasca panes : kerajinan membuat kripik pisang, gula merah, gula semut, tenun, tas dan alat pertanian; (c) Edukasi; dan (d) pariwisata. Strategi manajemen yang berupa keputusan manajerial untuk menentukan pengembangan ekonomi unggulan lokal masyarakat adat Baduy. Selanjutnya: (a) penguatan kelembagaan kelompok; (b) pendirian kelembagaan kelompok; dan (c) kesinambungan dalam monitoring dan evaluasi untuk menjamin kelangsungan pengembangan ekonomi unggulan.


PUSTAKA ACUAN
Buku
Imam Hanafi, dkk. 2004. Nyoreang Alam Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Bogor: RMI
Kusnaka Adimihardja. 1992. Kasepuhan Yang Tumbuh Di atas Yang Luruh, Pengelolaan Lingkungan Secara Tradisional Di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bandung: Tarsito.
Kecamatan Leuwidamar dalam angka 2015,  Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Katalog BPS : 1102001.3602.100.  Nomor Publikasi : 36020.1814
Latifah Hendarti. 2008. Menepis Kabut Halimun. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ningrat, A. A. (2004). Karakteristik Lanskap Tradisional, di Halimun Selatan dan Faktor -Faktor yang Mempengaruhinya: Sebuah Studi pada Kampung Kasepuhan di Kesatuan Adat Banten Kidul, Kampung Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy,  Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Nomor  65 Tahun 2001 SERI C.
Penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, Tambahan Lembaran Negara Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4.
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebak tahun 2012-2017. 
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 Tanggal 24 Juni 1999 tentang Pendoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lebak 2015, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Nomor Publikasi : 3202.1751, Katalog BPS  : 4101002.3202 
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor: 140/Kep. 526 Pemdes/1986 Tanggal 10 April 1986.
Wheelen, Thomas L and Hunger, J.David, 2012, Strategic Management and Business Policy Toward Global Sustainability, New Jersey : Pearson.

Jurnal
Adi, S, 1988, ‘Hitam dan Putih dalam Busana’ Dalam Nurhadi Rangkuti (Ed.), Orang Baduy dari Inti Jagat, Yogyakarta : Bayu Indra Grafika.
Bintari, Risna, 2000, Sejarah Perkembangan sosial Ekonomi Pasca Terbentuknya Provinsi Banten tahun 2000, Semarang : Journal of Indonesia History, Volume 1 (1) tahun 2012.
Hanafi, et. all., 2004. Nyoreang Alam Ka Tukang, Nyawang Anu bakal Datang. Penelusuran Pergulatan di Kawasan Halimun, Jawa Barat-Banten. Publikasi RMI-the Indonesian Institute for Forest and Environment. Bogor- Indonesia.

Rita Rahmawati, dkk, 2008, Pengetahuan Lokal Adat Masyarakat Kasepuhan : Adaftasi Konflik dan Dinamika Sosio-Ekologis, Sodality : Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia.
Senoaji, Gunggung, 2010, Masyarakat Baduy, Hutan, Dan Lingkungan (Baduy Community, Forest, and Environment), Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. I 7, No.2, Juli 2010: I l3- 123.

Wawancara
Ayah Mursid (50 tahun). Tokoh Kampung Baduy Dalam Cibeo. Kanekes : 2015.
Ahmad (52 tahun). Tokoh Masyarakat Cicakal Girang. Kanekes:  2015.
Ai Dewi (46 tahun). Guru Keliling Masyarakat Baduy Luar. Kanakes: 2015.
Sarip (42 tahun). Warga Kaduketeg. Kanekes : 2015. 
Dede (54 tahun). Kepala Dinas Pertanian kabupaten Lebak. Rangkasbitung: 2015.
Adung (40 tahun). Warga Kampung Cicakal Girang. Kanekes : 2015.
Jamad (40 tahun). Warga Kampung Cibungur. Kanekes : 2015.
Wahyu (42 tahun). Pedagang di pintu masuk Baduy. Cijahe : 2015.

Komentar

Fauzy Everywhereist mengatakan…
Mantep pa, Saya bisa lebih tau kebudayaan di daerah suku baduy

Postingan populer dari blog ini

SILSILAH MENURUT ORANG SUNDA

PANCAKAKI  Oleh  :  Agus Prana Mulia  (Budayawan Bogor) Pancakaki  bagi orang Sunda sepertiku sangatlah penting. Karena sebagai salah satu  upaya merekatkan kekerabatan diantara anggota keluarga. Sayang mayoritas generasi muda Sunda - termasuk bangsa Indonesia -  sekarang sudah banyak yang meninggalkan, akibatnya terjadi kehilangan obor alias tidak tahu silsilah keluarga. Saudara menjadi orang lain, orang lain menjadi saudara yang dalam pepatah sundanya :  dulur jadi batur, batur jadi dulur. padahal jelek-jelek juga adalah saudara, buruk-buruk papan jati. Penelusuran garis keturunan ( sakeseler ) dalam khazanah kesundaan diistilahkan dengan  pancakaki . Dalam Kamus Umum Basa Sunda (1993), pancakaki diartikan dengan dua pengertian.  1. Pancakaki menunjukkan hubungan seseorang dalam garis keluarga (perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa kaasup baraya keneh). Kita pasti mengenal istilah kekerabatan, seperti...

KSPPS BMT Binaul Ummah Kota Bogor, 2019

KIPRAH KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH  BMT BINAUL UMMAH PAMOYANAN BOGOR Oleh : Agus Prana Mulia (Pendiri KSPPS BMT Binaul Ummah) Logo Sebelum RAT 2019 Direktur

DO'A

D O ' A Oleh : Agus Pranamulia Pendiri Leuit Rasaning Rasa  Bogor “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al-Baqoroh : 186). “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan K u perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Al-Mu’minun : 60).   Ad-du’au mukhul ibadah. “Do’a itu sumsum atau inti ibadah” (HR. Tirmidzi). 1.          Pendahuluan .  Do’a adalah permohonan kepada Sang Khalik, Allah SWT. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam berdo’a, yaitu keyakinan yang tinggi ( keyakinan ) dan mengerti makna doa itu sendiri ( bahasa ) s...